Sunday, March 3, 2013

Fanfiction: TIME


Characters: Key, original characters
Genre: Romance, Angst
A/N: Maaf kalau ini jelek atau ngebingungin
TIME
Hujan rintik-rintik membasahi seluruh pekarangan rumah. Sungrin dengan wajah datar menatap lekat keluar jendela. Entah kenapa, hujan yang menetes di halaman rumahnya menjadi terlihat sangat menarik. Sementara pikirannya sendiri sudah jauh entah kemana.
‘Pip pip!’ ponsel Sungrin berbunyi. Dengan malas-malasan dia meraihnya.
Tapi begitu melihat nama yang terpampang di layar ponselnya, ekspresi Sungrin langsung berubah cerah.
From: Key sunbaenim
Sungrin-ah, besok kau ada waktu?
Dengan cepat Sungrin membalas bahwa besok dia ada waktu. Tentu saja, untuk Key sunbaenim, waktu seberapa lama pun akan ia berikan.
From: Key sunbaenim
Kalau begitu, mau tidak besok kau main denganku?
Sungrin tersenyum lebar. Dengan cepat dia mengetik balasan:
To: Key sunbaenim
Mau :)
From: Key sunbaenim
Baiklah, besok aku jemput kau di rumahmu, ya ;)
Sungrin tersenyum lebar. “Kyaaaa! Besok aku main bersama Key sunbaenim~” ucapnya riang. Dikecupnya layar ponselnya lalu ia melompat-lompat di atas kasur sambil tersenyum seperti orang bodoh.
-=-=-=-=-=-
Sungrin mengecek bayangannya di cermin untuk kesekian kalinya. Ia pastikan tidak ada noda sedikitpun di wajahnya dan tidak ada yang salah dengan bajunya.
“Sungrin-ah, sekali lagi kau bercermin, akan kupindahkan cermin itu ke tempat yang jauh,” komentar eomma Sungrin.
“Aku sedang memastikan penampilanku, eomma,” kata Sungrin.
“Kau sudah cantik. Hanya saja, bukankah seharusnya kau tampil lebih feminim untuk berkencan?” tanya eomma Sungrin.
“Aku tidak berkencan! Kami hanya mau main saja. Hanya menonton film lalu makan,” kata Sungrin.
“Ya ya, terserah kau lah. Eomma mau membereskan rumah dulu. Pokoknya hati-hati ya. Dan jangan pulang terlalu malam.”
“Oke,” jawab Sungrin sambil mengacungkan jempolnya. Setelah eommanya pergi, dia kembali bercermin.
‘Pip pip!’
Sungrin mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk.
From: Key sunbaenim
Sungrin-ah aku sudah di depan rumahmu =))
Sungrin membuka pintu rumahnya dan benar saja, Key sudah berdiri di sana sambil tersenyum manis.
“Annyeong,” sapa Key.
“Annyeong,” balas Sungrin.
“Ayo kita berangkat sekarang,” ajak Key. Sungrin mengangguk dengan gugup lalu berjalan di sebelah Key.
-=-=-=-=-=-
“Aaaa!” Key menutup matanya dengan tangan. Sungrin yang melihatnya hanya bisa terkekeh geli.
“Apa? Jangan menertawakanku,” kata Key sambil cemberut.
“Aaaw so cute~ Key takut pada film horror,” kata Sungrin di antara tawanya.
“Kenapa kau memilih film horror, sih?” gerutu Key.
“Tadi kau bilang tidak masalah menonton film horror,” kata Sungrin.
Key cemberut. Dia awalnya memang tidak masalah karena dalam bayangannya Sungrin juga takut pada film horror. Tapi ternyata sekarang dia ketakutan sendiri sementara Sungrin tetap tenang menonton sambil makan popcorn. Sebagai laki-laki yang ingin dianggap manly, Key merasa gagal.
“Aku tidak takut. Aku hanya ngeri melihat kepala-kepala bergelimpangan seperti itu,” ujar Key membuat alasan.
“Memangnya apa bedanya takut dengan ngeri?” kata Sungrin.
“Tentu saja beda. Kalau takut itu....”
“Sssst!” orang yang duduk di sebelah Key memperingatkannya untuk diam. Key mendengus kesal dan melirik orang itu sinis sementara Sungrin lagi-lagi terkekeh geli.
 -=-=-=-=-=-
Akhirnya film selesai. Key langsung menarik nafas lega. Akhirnya selesai juga penyiksaannya. Selama dua jam menonton film di dalam bioskop, ia harus terus berusaha memasang wajah cool nya sementara di dalam hati ia sudah sangat takut. Sebagai laki-laki ia merasa mendapat keharusan untuk menjaga imej nya.
“Lucu sekali. Benar-benar lucu,” kata Sungrin.
“Tidak ada adegan lucu di film tadi Sungrin-ah,” kata Key.
“Memang. Tapi ekspresi orang yang duduk di sebelahku lebih lucu lagi. Astaga setiap mengingatnya aku ingin tertawa. Ahahaha,” kata Sungrin.
“Sepertinya kau benar-benar puas mengejekku,” kata Key.
“Tentu saja. Bayangkan jika seluruh sekolah tahu Key sunbaenim yang terlihat cool bisa menjadi imut sekali saat menonton film horror,” kata Sungrin sambil menahan tawa.
“Ah, sudahlah. Aku mau ke kamar kecil dulu, kau tunggu di sini, ya,” kata Key.
Sungrin mengangguk. Beberapa menit kemudian, Key kembali dari kamar kecil sambil tersenyum-senyum tidak jelas.
“Sungrin-ah, tebak apa yang aku temukan di kamar mandi,” kata Key.
Sungrin membayangkan apa yang bisa Key temukan di kamar mandi. “Hmm... toilet? Tisu? Air? Kotoran?” tebak Sungrin.
“Salah. Ayo tebak lagi.”
“Sunbaenim, hanya itu yang ada di kamar mandi,” kata Sungrin.
“Yah, kau payah. Nih lihat apa yang aku temukan,” kata Key sambil menunjukkan sesuatu yang dia pegang. Sebuah jam tangan cantik berwarna silver.
“Wow, ini bagus,” Sungrin meraih jam tangan itu. “Tapi... ini kan jam tangan perempuan. Apa kau tadi pergi ke kamar mandi perempuan?” Sungrin menatap Key dengan curiga.
“Tidak! Sembarangan. Aku ke kamar mandi laki-laki, kok. Aku tidak menemukan ini di kamar mandi, aku menemukannya di lorong menuju kamar mandi. Jadi jam tangan ini bersih,” kata Key.
Sungrin memperhatikan jam tangan itu dengan seksama. Sepertinya jam ini berharga cukup mahal.
“Sunbaenim, bukankah lebih baik kita berikan jam ini pada pemiliknya?” tanya Sungrin.
“Ya, aku juga berencana begitu. Tapi lebih baik sekarang kau simpan saja dulu, nanti baru kita cari pemiliknya. Sekarang aku sangat lapar. Bagaimana kalau kita makan dulu?” usul Key.
“Baiklah, ayo kita makan.”
-=-=-=-=-=-
Sungrin melahap hidangan yang ada di hadapannya. Meskipun ia berkonsentrasi makan, tapi ia dapat merasakan bahwa Key beberapa kali meliriknya. Sungrin mendongak dan benar saja, tatapannya langsung bertemu dengan pandangan Key.
“Hmm, ada apa sunbaenim?” tanya Sungrin.
“Ti-tidak,” jawab Key salah tingkah. “Ah, Sungrin, jangan panggil aku sunbaenim. Kau ini kaku sekali.”
Sungrin tersenyum. “Lalu apa? Apa aku harus memanggilmu ‘Key’ saja?”
“Jangan. Kau itu tidak sopan. Panggil aku ‘Key oppa’.”
“’Key oppa’? Hmm, oke, oppa.”
Key tersenyum. “Oh, dan aku juga punya hadiah untukmu.”
“Hadiah? Hadiah apa?”
Key tersenyum. Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Tada! Kau suka?”
Sungrin meraih boneka yang Key berikan padanya. Boneka kucing putih sebesar genggaman tangan.
“Kalau kau tekan bagian dadanya, dia akan bersuara,” kata Key.
Sungrin mencoba menekan dada kucing itu, tapi Key langsung merebutnya.
“Eits, kau tidak boleh dengar di sini. Nanti saja kau dengarkan suara kucing ini saat kau sudah tiba di rumah,” kata Key.
“Baiklah, baiklah. Terima kasih, oppa.”
-=-=-=-=-=-
 Sungrin berjalan dengan pelan di samping Key. Meskipun hari ini mereka hanya menonton film dan makan, Sungrin sudah merasa senang sekali. Sebenarnya ia sudah lama menyukai Key. Sejak pertama kali ia masuk sekolah. Oleh karena itu, bisa berjalan berdua dengan Key seperti ini saja sudah membuatnya sangat bahagia.
“Ah, Sungrin-ah, sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” kata Key. Dia berjalan dengan cepat sambil menarik tangan Sungrin. Ketika mereka mau menyebrang....
‘BRAKK!’
Sungrin terdiam kaget. Seseorang mendorongnya dan dia sudah jatuh terduduk di tanah. Sementara di hadapannya, sebuah mobil berwarna hitam langsung melaju dengan kencang, meninggalkan seseorang tergeletak begitu saja di jalan.
Key.
“Key oppa!” Sungrin mendekat dan melihat Key, kepalanya berdarah, dan matanya terpejam.
“Key oppa! Oppa! Bangun!” Sungrin mengguncang tubuh Key, tapi Key tetap tidak bergerak.
“Key oppa! Bangun oppa! Banguun! Key oppa!”
-=-=-=-=-=-
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Sungrin terus-terusan menekan dada boneka kucing itu. Membuat kucing itu terus mengeluarkan suara yang sudah Key rekam untuknya. Suara Key yang mengatakan bahwa ia mencintai Sungrin.
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Air mata kembali mengaliri pipi Sungrin. Ia tidak ingat kenapa ia bisa ada di rumahnya sekarang. Seingatnya adalah Key tertabrak mobil. Lalu terdengar suara ambulans. Lalu ia berada di ruang tunggu rumah sakit. Lalu di sinilah ia sekarang, di kamarnya. Tapi ia masih ingat saat dokter berkata bahwa kecil kemungkinan Key bisa bangun dari kondisi komanya.
Sungrin-ah, saranghaeyo~
Sungrin menggenggam boneka kucing itu keras-keras. Betapa ia ingin mendengar suara Key, tapi bukan dari suara rekaman yang dikeluarkan oleh boneka kucing bodoh itu. Ia ingin mendengar suara Key yang berasal dari Key langsung.
Sungrin lalu teringat dengan jam yang Key temukan saat pergi ke kamar mandi tadi. Dia mengambil jam itu dari dalam tasnya. Andai aku bisa memutar waktu hingga kecelakaan itu tidak terjadi.
Jam itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang terang. Dan.....
“Sungrin-ah, tebak apa yang aku temukan di kamar mandi.”
Sungrin terdiam. Ini... bukankah ini beberapa waktu yang lalu? Saat Key menemukan jam itu? “Hmm... toilet? Tisu? Air? Kotoran?” Sungrin mendengar dirinya sendiri berkata begitu.
“Salah. Ayo tebak lagi.”
Apa jam itu sudah memutar waktu, pikir Sungrin. Jadi... ini waktu yang lalu? “Sunbaenim, hanya itu yang ada di kamar mandi,” Sungrin berkata lagi.
“Yah, kau payah. Nih lihat apa yang aku temukan,” kata Key sambil menunjukkan sesuatu yang dia pegang. Sebuah jam tangan cantik berwarna silver. Jam itu.
“Wow, ini bagus,” Sungrin meraih jam tangan itu. Jam ini sangat berharga. Aku harus menyimpannya. “Tapi... ini kan jam tangan perempuan. Apa kau tadi pergi ke kamar mandi perempuan?” Sungrin menatap Key dengan curiga. Dia merasa seperti mengatakan kembali hal-hal yang sudah pernah ia katakan. Bukankah memang begitu kenyataannya.
“Tidak! Sembarangan. Aku ke kamar mandi laki-laki, kok. Aku tidak menemukan ini di kamar mandi, aku menemukannya di lorong menuju kamar mandi. Jadi jam tangan ini bersih,” kata Key sambil tersenyum.
Aku harus menyimpan jam ini. Aku harus menyimpannya.
 “Sunbaenim, bukankah lebih baik kita berikan jam ini pada pemiliknya?” tanya Sungrin. Astaga, bodoh. Kenapa aku tadi berkata begitu? Aku kan tidak boleh kehilangan jam ini.
“Ya, aku juga berencana begitu. Tapi lebih baik sekarang kau simpan saja dulu, nanti baru kita cari pemiliknya. Sekarang aku sangat lapar. Bagaimana kalau kita makan dulu?” usul Key.
“Baiklah, ayo kita makan.”
-=-=-=-=-=-
Semuanya berjalan seperti yang sudah terjadi. Mereka makan bersama, Key menyuruh Sungrin untuk memanggilnya ‘oppa’, Key memberi Sungrin boneka kucing itu, dan semacamnya. Hingga sekarang, mereka sedang berjalan berdampingan di trotoar. Dan sebentar lagi mereka akan menyebrang di tempat Key tertabrak. Inilah saatnya. Aku harus melakukan sesuatu agar itu tidak terjadi.
“Ah, Sungrin-ah, sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” kata Key sambil menarik tangan Sungrin. Dengan cepat, Sungrin menarik kembali tangan Key.
“Tenang saja, oppa. Jangan cepat-cepat.” Tepat saat Sungrin mengatakan itu, sebuah mobil hitam yang melaju kencang lewat di hadapan mereka. Syukurlah, aku sudah mengagalkan itu untuk terjadi.
“Ya sudah, daripada kita kebasahan karena hujan, bagaimana kalau kita berteduh dulu?” tawar Key.
Sungrin mengangguk sambil tersenyum lebar. Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana lega perasaannya sekarang.  “Ya, ayo kita berteduh.”
Key menarik tangannya dan membawanya berteduh di emperan sebuah bangunan yang belum jadi. Ada beberapa orang lain yang berteduh di sana juga.
“Hujannya bertambah besar,” komentar Key. “Kita berteduh sampai hujannya sedikit reda, ya?”
“Iya, oppa.”
“Ngomong-ngomong, Sungrin.... Hey! Sungrin, AWAS!”
‘BRAKKK!’
Lagi-lagi, Sungrin merasa Key mendorongnya dan ketika ia membuka mata, lagi-lagi, Key sudah terbaring di tanah, dengan mata terpejam dan kepalanya berlumuran darah. Kayu dari bangunan yang belum jadi itu roboh dan menimpa Key.
“Key oppa! Bangun!”
Tidak ada respons dari Key. Ini terulang lagi. Kali ini, apa aku masih bisa memutar waktu?
-=-=-=-=-=-
Sungrin terdiam di ruang tunggu rumah sakit. Mereka sedang memeriksa keadaan Key. Jam itu. Ayo kita coba. Sungrin merogoh tasnya dan mengeluarkan jam silver itu. Kumohon, bolehkah aku memutar waktu lagi? Kumohon.
Sungrin membuka matanya dan dia berada di mall itu lagi. Key berjalan mendekatinya sambil tersenyum-senyum tidak jelas.
“Sungrin-ah, tebak apa yang aku temukan di kamar mandi.”
Sungrin menghela nafas. Sepertinya ia harus melakukan ini lagi.
-=-=-=-=-=-
“Ah, Sungrin-ah, sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” Key menarik tangan Sungrin. Sungrin segera menarik Key kembali.
“Tenang saja, oppa. Jangan cepat-cepat.” Oke, yang satu ini sudah kuselamatkan.
“Ya sudah, daripada kita kebasahan karena hujan, bagaimana kalau kita berteduh dulu?” tawar Key.
“Eh, mmm, bagaimana kalau kita langsung pulang saja? Kita bisa berteduh di bus saat pulang nanti,” usul Sungrin. Dan yang ini juga sudah kuselamatkan.
“Hmm, baiklah.”
Ya Tuhan, semoga setelah ini tidak ada lagi hal buruk yang terjadi.
-=-=-=-=-=-
Sungrin menatap keluar jendela bus, Key duduk di sebelahnya. Dalam hati, ia benar-benar berharap tidak ada lagi hal buruk yang akan terjadi.
“Sungrin-ah, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Key.
“Tidak, bukan apa-apa,” kata Sungrin.
“Hmm, Sungrin-ah, sebenarnya... sebenarnya aku....”
“Hm? Apa?”
Key berdeham sebelum melanjutkan. “Sebenarnya aku....”
‘BRAKKK!’
Sungrin membuka matanya. Dia berada dalam pelukan Key. Lagi-lagi mata Key terpejam dan ia berlumuran darah. Tapi kali ini ada yang berbeda. Jika biasanya Sungrin hanya bisa menatap Key yang terluka, sekarang ia juga terluka. Ia dapat merasakan darah yang mengalir dari tubuhnya. Penumpang bus yang lain pun terluka, sementara busnya tergeletak tidak jauh dari mereka dalam posisi terguling.
Jam itu. Dimana jam nya?
Sungrin melirik sekeliling, mencari jam itu. Akhirnya dia menemukan benda berwarna silver, tidak jauh darinya. Jam...
Sungrin membelalakkan matanya. Jam itu sudah rusak, terbelah menjadi dua. Tidak, tidak mungkin. Ini tidak boleh terjadi. Apa yang harus aku lakukan?
Sungrin mendengar suara ambulans dari kejauhan. Setelah itu, dia tidak dapat mengingat apa-apa lagi.
-=-=-=-=-=-=-
Sungrin membuka matanya. Putih. Mungkinkah ini rumah sakit?
“Sungrin-ah, saranghaeyo.”
Sungrin menoleh dan melihat Key di sebelahnya, tersenyum, memakai baju berwarna putih. Dia melirik sekeliling. Mereka seperti berada di sebuah ruangan yang semuanya berwarna putih.
“Sungrin-ah, saranghaeyo,” ulang Key.
“Nado saranghaeyo, oppa,” balas Sungrin.
Key tersenyum dan mengecup bibirnya. Lembut.
“Ayo kita pergi,” ajak Key.
“Tapi... ini dimana? Jamnya... Jam itu ada dimana?”
“Sungrin-ah, kali ini tidak ada yang bisa kau lakukan lagi untuk memutar waktu,” kata Key.
Sungrin terdiam. “Lalu...? Atau jangan-jangan... kita sudah mati?” Sungrin bertanya lirih.
“Tidak apa-apa, ada aku di sini. Kita bisa pergi berdua,” kata Key. Ia meraih tangan Sungrin dan menariknya. “Kali ini, aku memang harus benar-benar pergi. Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku bersamamu.”
Sungrin mengangguk dan tersenyum. Ya, tidak apa-apa. Setidaknya, dia bisa bersama-sama dengan Key sekarang.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=- END

No comments:

Post a Comment