Characters: Key,
original characters
Genre: Romance,
Angst
TIME
Hujan rintik-rintik membasahi
seluruh pekarangan rumah. Sungrin dengan wajah datar menatap lekat keluar
jendela. Entah kenapa, hujan yang menetes di halaman rumahnya menjadi terlihat
sangat menarik. Sementara pikirannya sendiri sudah jauh entah kemana.
‘Pip pip!’ ponsel Sungrin
berbunyi. Dengan malas-malasan dia meraihnya.
Tapi begitu melihat nama yang
terpampang di layar ponselnya, ekspresi Sungrin langsung berubah cerah.
‘From:
Key sunbaenim
Sungrin-ah,
besok kau ada waktu?’
Dengan cepat Sungrin membalas
bahwa besok dia ada waktu. Tentu saja, untuk Key sunbaenim, waktu seberapa lama
pun akan ia berikan.
‘From:
Key sunbaenim
Kalau
begitu, mau tidak besok kau main denganku?’
Sungrin tersenyum lebar. Dengan
cepat dia mengetik balasan:
‘To:
Key sunbaenim
Mau
:)’
‘From:
Key sunbaenim
Baiklah,
besok aku jemput kau di rumahmu, ya ;)’
Sungrin tersenyum lebar. “Kyaaaa!
Besok aku main bersama Key sunbaenim~” ucapnya riang. Dikecupnya layar
ponselnya lalu ia melompat-lompat di atas kasur sambil tersenyum seperti orang
bodoh.
-=-=-=-=-=-
Sungrin mengecek bayangannya di
cermin untuk kesekian kalinya. Ia pastikan tidak ada noda sedikitpun di
wajahnya dan tidak ada yang salah dengan bajunya.
“Sungrin-ah, sekali lagi kau
bercermin, akan kupindahkan cermin itu ke tempat yang jauh,” komentar eomma
Sungrin.
“Aku sedang memastikan
penampilanku, eomma,” kata Sungrin.
“Kau sudah cantik. Hanya saja,
bukankah seharusnya kau tampil lebih feminim untuk berkencan?” tanya eomma
Sungrin.
“Aku tidak berkencan! Kami hanya
mau main saja. Hanya menonton film lalu makan,” kata Sungrin.
“Ya ya,
terserah kau lah. Eomma mau membereskan rumah dulu. Pokoknya hati-hati ya. Dan
jangan pulang terlalu malam.”
“Oke,”
jawab Sungrin sambil mengacungkan jempolnya. Setelah eommanya pergi, dia
kembali bercermin.
‘Pip pip!’
Sungrin
mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk.
‘From: Key sunbaenim
Sungrin-ah aku
sudah di depan rumahmu =))’
Sungrin
membuka pintu rumahnya dan benar saja, Key sudah berdiri di sana sambil
tersenyum manis.
“Annyeong,”
sapa Key.
“Annyeong,”
balas Sungrin.
“Ayo kita
berangkat sekarang,” ajak Key. Sungrin mengangguk dengan gugup lalu berjalan di
sebelah Key.
-=-=-=-=-=-
“Aaaa!” Key
menutup matanya dengan tangan. Sungrin yang melihatnya hanya bisa terkekeh
geli.
“Apa?
Jangan menertawakanku,” kata Key sambil cemberut.
“Aaaw so
cute~ Key takut pada film horror,” kata Sungrin di antara tawanya.
“Kenapa kau
memilih film horror, sih?” gerutu Key.
“Tadi kau
bilang tidak masalah menonton film horror,” kata Sungrin.
Key
cemberut. Dia awalnya memang tidak masalah karena dalam bayangannya Sungrin
juga takut pada film horror. Tapi ternyata sekarang dia ketakutan sendiri
sementara Sungrin tetap tenang menonton sambil makan popcorn. Sebagai laki-laki
yang ingin dianggap manly, Key merasa gagal.
“Aku tidak
takut. Aku hanya ngeri melihat kepala-kepala bergelimpangan seperti itu,” ujar
Key membuat alasan.
“Memangnya
apa bedanya takut dengan ngeri?” kata Sungrin.
“Tentu saja
beda. Kalau takut itu....”
“Sssst!”
orang yang duduk di sebelah Key memperingatkannya untuk diam. Key mendengus
kesal dan melirik orang itu sinis sementara Sungrin lagi-lagi terkekeh geli.
-=-=-=-=-=-
Akhirnya
film selesai. Key langsung menarik nafas lega. Akhirnya selesai juga
penyiksaannya. Selama dua jam menonton film di dalam bioskop, ia harus terus
berusaha memasang wajah cool nya sementara di dalam hati ia sudah sangat takut.
Sebagai laki-laki ia merasa mendapat keharusan untuk menjaga imej nya.
“Lucu
sekali. Benar-benar lucu,” kata Sungrin.
“Tidak ada
adegan lucu di film tadi Sungrin-ah,” kata Key.
“Memang.
Tapi ekspresi orang yang duduk di sebelahku lebih lucu lagi. Astaga setiap
mengingatnya aku ingin tertawa. Ahahaha,” kata Sungrin.
“Sepertinya
kau benar-benar puas mengejekku,” kata Key.
“Tentu
saja. Bayangkan jika seluruh sekolah tahu Key sunbaenim yang terlihat cool bisa
menjadi imut sekali saat menonton film horror,” kata Sungrin sambil menahan
tawa.
“Ah, sudahlah.
Aku mau ke kamar kecil dulu, kau tunggu di sini, ya,” kata Key.
Sungrin
mengangguk. Beberapa menit kemudian, Key kembali dari kamar kecil sambil
tersenyum-senyum tidak jelas.
“Sungrin-ah,
tebak apa yang aku temukan di kamar mandi,” kata Key.
Sungrin
membayangkan apa yang bisa Key temukan di kamar mandi. “Hmm... toilet? Tisu?
Air? Kotoran?” tebak Sungrin.
“Salah. Ayo
tebak lagi.”
“Sunbaenim,
hanya itu yang ada di kamar mandi,” kata Sungrin.
“Yah, kau
payah. Nih lihat apa yang aku temukan,” kata Key sambil menunjukkan sesuatu
yang dia pegang. Sebuah jam tangan cantik berwarna silver.
“Wow, ini
bagus,” Sungrin meraih jam tangan itu. “Tapi... ini kan jam tangan perempuan.
Apa kau tadi pergi ke kamar mandi perempuan?” Sungrin menatap Key dengan curiga.
“Tidak!
Sembarangan. Aku ke kamar mandi laki-laki, kok. Aku tidak menemukan ini di
kamar mandi, aku menemukannya di lorong menuju kamar mandi. Jadi jam tangan ini
bersih,” kata Key.
Sungrin
memperhatikan jam tangan itu dengan seksama. Sepertinya jam ini berharga cukup
mahal.
“Sunbaenim,
bukankah lebih baik kita berikan jam ini pada pemiliknya?” tanya Sungrin.
“Ya, aku
juga berencana begitu. Tapi lebih baik sekarang kau simpan saja dulu, nanti
baru kita cari pemiliknya. Sekarang aku sangat lapar. Bagaimana kalau kita
makan dulu?” usul Key.
“Baiklah,
ayo kita makan.”
-=-=-=-=-=-
Sungrin
melahap hidangan yang ada di hadapannya. Meskipun ia berkonsentrasi makan, tapi
ia dapat merasakan bahwa Key beberapa kali meliriknya. Sungrin mendongak dan
benar saja, tatapannya langsung bertemu dengan pandangan Key.
“Hmm, ada
apa sunbaenim?” tanya Sungrin.
“Ti-tidak,”
jawab Key salah tingkah. “Ah, Sungrin, jangan panggil aku sunbaenim. Kau ini
kaku sekali.”
Sungrin
tersenyum. “Lalu apa? Apa aku harus memanggilmu ‘Key’ saja?”
“Jangan.
Kau itu tidak sopan. Panggil aku ‘Key oppa’.”
“’Key
oppa’? Hmm, oke, oppa.”
Key
tersenyum. “Oh, dan aku juga punya hadiah untukmu.”
“Hadiah?
Hadiah apa?”
Key
tersenyum. Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. “Tada! Kau suka?”
Sungrin
meraih boneka yang Key berikan padanya. Boneka kucing putih sebesar genggaman
tangan.
“Kalau kau
tekan bagian dadanya, dia akan bersuara,” kata Key.
Sungrin
mencoba menekan dada kucing itu, tapi Key langsung merebutnya.
“Eits, kau
tidak boleh dengar di sini. Nanti saja kau dengarkan suara kucing ini saat kau
sudah tiba di rumah,” kata Key.
“Baiklah,
baiklah. Terima kasih, oppa.”
-=-=-=-=-=-
Sungrin berjalan dengan pelan di samping Key.
Meskipun hari ini mereka hanya menonton film dan makan, Sungrin sudah merasa
senang sekali. Sebenarnya ia sudah lama menyukai Key. Sejak pertama kali ia
masuk sekolah. Oleh karena itu, bisa berjalan berdua dengan Key seperti ini
saja sudah membuatnya sangat bahagia.
“Ah,
Sungrin-ah, sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” kata Key. Dia berjalan
dengan cepat sambil menarik tangan Sungrin. Ketika mereka mau menyebrang....
‘BRAKK!’
Sungrin
terdiam kaget. Seseorang mendorongnya dan dia sudah jatuh terduduk di tanah.
Sementara di hadapannya, sebuah mobil berwarna hitam langsung melaju dengan
kencang, meninggalkan seseorang tergeletak begitu saja di jalan.
Key.
“Key oppa!”
Sungrin mendekat dan melihat Key, kepalanya berdarah, dan matanya terpejam.
“Key oppa!
Oppa! Bangun!” Sungrin mengguncang tubuh Key, tapi Key tetap tidak bergerak.
“Key oppa!
Bangun oppa! Banguun! Key oppa!”
-=-=-=-=-=-
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
Sungrin
terus-terusan menekan dada boneka kucing itu. Membuat kucing itu terus
mengeluarkan suara yang sudah Key rekam untuknya. Suara Key yang mengatakan
bahwa ia mencintai Sungrin.
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
Air mata
kembali mengaliri pipi Sungrin. Ia tidak ingat kenapa ia bisa ada di rumahnya
sekarang. Seingatnya adalah Key tertabrak mobil. Lalu terdengar suara ambulans.
Lalu ia berada di ruang tunggu rumah sakit. Lalu di sinilah ia sekarang, di
kamarnya. Tapi ia masih ingat saat dokter berkata bahwa kecil kemungkinan Key
bisa bangun dari kondisi komanya.
“Sungrin-ah, saranghaeyo~”
Sungrin menggenggam
boneka kucing itu keras-keras. Betapa ia ingin mendengar suara Key, tapi bukan
dari suara rekaman yang dikeluarkan oleh boneka kucing bodoh itu. Ia ingin
mendengar suara Key yang berasal dari Key langsung.
Sungrin
lalu teringat dengan jam yang Key temukan saat pergi ke kamar mandi tadi. Dia
mengambil jam itu dari dalam tasnya.
Andai aku bisa memutar waktu hingga kecelakaan itu tidak terjadi.
Jam itu
tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang terang. Dan.....
“Sungrin-ah,
tebak apa yang aku temukan di kamar mandi.”
Sungrin
terdiam. Ini... bukankah ini beberapa waktu yang lalu? Saat Key menemukan jam
itu? “Hmm... toilet? Tisu? Air? Kotoran?” Sungrin mendengar dirinya sendiri
berkata begitu.
“Salah. Ayo
tebak lagi.”
Apa jam itu
sudah memutar waktu, pikir Sungrin. Jadi... ini waktu yang lalu? “Sunbaenim,
hanya itu yang ada di kamar mandi,” Sungrin berkata lagi.
“Yah, kau
payah. Nih lihat apa yang aku temukan,” kata Key sambil menunjukkan sesuatu
yang dia pegang. Sebuah jam tangan cantik berwarna silver. Jam itu.
“Wow, ini
bagus,” Sungrin meraih jam tangan itu. Jam
ini sangat berharga. Aku harus menyimpannya. “Tapi... ini kan jam tangan
perempuan. Apa kau tadi pergi ke kamar mandi perempuan?” Sungrin menatap Key
dengan curiga. Dia merasa seperti mengatakan kembali hal-hal yang sudah pernah
ia katakan. Bukankah memang begitu
kenyataannya.
“Tidak!
Sembarangan. Aku ke kamar mandi laki-laki, kok. Aku tidak menemukan ini di
kamar mandi, aku menemukannya di lorong menuju kamar mandi. Jadi jam tangan ini
bersih,” kata Key sambil tersenyum.
Aku harus menyimpan jam ini. Aku harus
menyimpannya.
“Sunbaenim, bukankah lebih baik kita berikan
jam ini pada pemiliknya?” tanya Sungrin. Astaga,
bodoh. Kenapa aku tadi berkata begitu? Aku kan tidak boleh kehilangan jam ini.
“Ya, aku
juga berencana begitu. Tapi lebih baik sekarang kau simpan saja dulu, nanti
baru kita cari pemiliknya. Sekarang aku sangat lapar. Bagaimana kalau kita
makan dulu?” usul Key.
“Baiklah,
ayo kita makan.”
-=-=-=-=-=-
Semuanya
berjalan seperti yang sudah terjadi. Mereka makan bersama, Key menyuruh Sungrin
untuk memanggilnya ‘oppa’, Key memberi Sungrin boneka kucing itu, dan
semacamnya. Hingga sekarang, mereka sedang berjalan berdampingan di trotoar.
Dan sebentar lagi mereka akan menyebrang di tempat Key tertabrak. Inilah saatnya. Aku harus melakukan sesuatu
agar itu tidak terjadi.
“Ah,
Sungrin-ah, sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” kata Key sambil
menarik tangan Sungrin. Dengan cepat, Sungrin menarik kembali tangan Key.
“Tenang
saja, oppa. Jangan cepat-cepat.” Tepat saat Sungrin mengatakan itu, sebuah
mobil hitam yang melaju kencang lewat di hadapan mereka. Syukurlah, aku sudah mengagalkan itu untuk terjadi.
“Ya sudah,
daripada kita kebasahan karena hujan, bagaimana kalau kita berteduh dulu?”
tawar Key.
Sungrin
mengangguk sambil tersenyum lebar. Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana
lega perasaannya sekarang. “Ya, ayo kita
berteduh.”
Key menarik
tangannya dan membawanya berteduh di emperan sebuah bangunan yang belum jadi.
Ada beberapa orang lain yang berteduh di sana juga.
“Hujannya
bertambah besar,” komentar Key. “Kita berteduh sampai hujannya sedikit reda,
ya?”
“Iya,
oppa.”
“Ngomong-ngomong,
Sungrin.... Hey! Sungrin, AWAS!”
‘BRAKKK!’
Lagi-lagi,
Sungrin merasa Key mendorongnya dan ketika ia membuka mata, lagi-lagi, Key
sudah terbaring di tanah, dengan mata terpejam dan kepalanya berlumuran darah. Kayu
dari bangunan yang belum jadi itu roboh dan menimpa Key.
“Key oppa!
Bangun!”
Tidak ada
respons dari Key. Ini terulang lagi. Kali
ini, apa aku masih bisa memutar waktu?
-=-=-=-=-=-
Sungrin
terdiam di ruang tunggu rumah sakit. Mereka sedang memeriksa keadaan Key. Jam itu. Ayo kita coba. Sungrin merogoh
tasnya dan mengeluarkan jam silver itu. Kumohon,
bolehkah aku memutar waktu lagi? Kumohon.
Sungrin membuka
matanya dan dia berada di mall itu lagi. Key berjalan mendekatinya sambil
tersenyum-senyum tidak jelas.
“Sungrin-ah,
tebak apa yang aku temukan di kamar mandi.”
Sungrin
menghela nafas. Sepertinya ia harus melakukan ini lagi.
-=-=-=-=-=-
“Ah, Sungrin-ah,
sebentar lagi hujan. Ayo kita cepat pulang,” Key menarik tangan Sungrin.
Sungrin segera menarik Key kembali.
“Tenang
saja, oppa. Jangan cepat-cepat.” Oke,
yang satu ini sudah kuselamatkan.
“Ya sudah,
daripada kita kebasahan karena hujan, bagaimana kalau kita berteduh dulu?”
tawar Key.
“Eh, mmm,
bagaimana kalau kita langsung pulang saja? Kita bisa berteduh di bus saat
pulang nanti,” usul Sungrin. Dan yang ini
juga sudah kuselamatkan.
“Hmm,
baiklah.”
Ya Tuhan, semoga setelah ini tidak ada lagi hal
buruk yang terjadi.
-=-=-=-=-=-
Sungrin
menatap keluar jendela bus, Key duduk di sebelahnya. Dalam hati, ia benar-benar
berharap tidak ada lagi hal buruk yang akan terjadi.
“Sungrin-ah,
apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Key.
“Tidak,
bukan apa-apa,” kata Sungrin.
“Hmm,
Sungrin-ah, sebenarnya... sebenarnya aku....”
“Hm? Apa?”
Key
berdeham sebelum melanjutkan. “Sebenarnya aku....”
‘BRAKKK!’
Sungrin
membuka matanya. Dia berada dalam pelukan Key. Lagi-lagi mata Key terpejam dan
ia berlumuran darah. Tapi kali ini ada yang berbeda. Jika biasanya Sungrin
hanya bisa menatap Key yang terluka, sekarang ia juga terluka. Ia dapat
merasakan darah yang mengalir dari tubuhnya. Penumpang bus yang lain pun
terluka, sementara busnya tergeletak tidak jauh dari mereka dalam posisi
terguling.
Jam itu. Dimana jam nya?
Sungrin
melirik sekeliling, mencari jam itu. Akhirnya dia menemukan benda berwarna
silver, tidak jauh darinya. Jam...
Sungrin
membelalakkan matanya. Jam itu sudah rusak, terbelah menjadi dua. Tidak, tidak mungkin. Ini tidak boleh
terjadi. Apa yang harus aku lakukan?
Sungrin
mendengar suara ambulans dari kejauhan. Setelah itu, dia tidak dapat mengingat
apa-apa lagi.
-=-=-=-=-=-=-
Sungrin
membuka matanya. Putih. Mungkinkah ini rumah sakit?
“Sungrin-ah,
saranghaeyo.”
Sungrin
menoleh dan melihat Key di sebelahnya, tersenyum, memakai baju berwarna putih.
Dia melirik sekeliling. Mereka seperti berada di sebuah ruangan yang semuanya
berwarna putih.
“Sungrin-ah,
saranghaeyo,” ulang Key.
“Nado
saranghaeyo, oppa,” balas Sungrin.
Key
tersenyum dan mengecup bibirnya. Lembut.
“Ayo kita
pergi,” ajak Key.
“Tapi...
ini dimana? Jamnya... Jam itu ada dimana?”
“Sungrin-ah,
kali ini tidak ada yang bisa kau lakukan lagi untuk memutar waktu,” kata Key.
Sungrin
terdiam. “Lalu...? Atau jangan-jangan... kita sudah mati?” Sungrin bertanya
lirih.
“Tidak
apa-apa, ada aku di sini. Kita bisa pergi berdua,” kata Key. Ia meraih tangan
Sungrin dan menariknya. “Kali ini, aku memang harus benar-benar pergi. Tapi
tidak apa-apa, setidaknya aku bersamamu.”
Sungrin
mengangguk dan tersenyum. Ya, tidak apa-apa. Setidaknya, dia bisa bersama-sama
dengan Key sekarang.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
END
No comments:
Post a Comment